Bincang Singkat EWC bersama Corentin Perolari

  • 10/04/2025
  •  18 views

Corentin Perolari

Corentin Perolari, pembalap berusia 26 tahun yang produktif dalam balapan sprint dan jarak jauh, telah direkrut oleh F.C.C. TSR Honda France untuk FIM Endurance Championship 2025. Pembalap Prancis itu menyempatkan diri dari jadwalnya yang padat untuk menjawab lima pertanyaan kunci sebelum memanfaatkan peluang besar yang tidak ingin disia-siakannya.

Corentin Perolari 2Kamu sudah berlomba di ajang balapan ketahanan sejak 2017 dan telah berkompetisi di kelas Superstock dan Formula EWC dengan tim privat yang berbeda. Kini kamu mendapat kesempatan dengan tim pabrikan, apa boleh tolong kami ringkas jalan karirmu dan jelaskan perbedaan pada tiap kategori balapan dan susunan tim?
“Tidak seperti pembalap lain yang baru terjun ke dunia balapan ketahanan setelah berkarir di balap sprint, saya memulainya di usia yang sangat muda. Saya berkompetisi di ajang 24 Heures Motos pertama saya di usia 18 tahun. Saya menyukai disiplin olahraga ini. Olahraga ini mempertemukan tim privat dan pabrikan di lintasan dan paddock, perpaduan yang sangat cocok. Saya cukup beruntung untuk mengasah kemampuan saya di tim Superstock papan atas, lalu membuktikan kemampuan saya di dua tim privat EWC yang sangat bagus. Bergabung dengan tim pabrikan EWC adalah langkah baru. Saya selalu sangat beruntung menerima sambutan yang sangat hangat dan selalu diberikan kondisi yang sangat baik. Frédéric Louit (Team 33), Pierre Chapuis (Moto Ain), Patrick, dan Baptiste Enjolras (Tati Team) telah memberikan kepercayaan kepada saya. Cara saya mengucapkan ‘terima kasih’ adalah dengan melakukan yang terbaik, membalas mereka dengan waktu yang baik dalam balapan. Bagi Fujii Masakazu dan seluruh orang di tim F.C.C. TSR Honda France, akan sama saja, saya berlatih setiap hari untuk bisa untuk berterima kasih kepada mereka di lintasan. Kemudian, untuk menjelaskan perbedaan antara struktur tim Superstock, privat EWC, dan pabrikan EWC, perbedaannya sangat kecil dan besar. Secara teknis, hampir semuanya serupa. Sederhananya, semakin tinggi levelnya, semakin banyak ahli yang diperlukan untuk meningkatkan setiap proses dan setiap aspek. Tim bekerja pada setiap detail untuk mendapatkan keunggulan sepersepuluh detik di setiap putaran. Dengan menambahkan keuntungan kecil ini, keuntungan tersebut menjadi satu detik, lalu beberapa menit. Beginilah dalam perlombaan ketahanan, dengan beberapa ratus putaran, penyesuaian sederhana di awal dapat berubah menjadi keuntungan beberapa putaran di akhir.”

Corentin Perolari 3

Dalam riding, apa bedanya?
“Perbedaan besar terutama ada pada motor dan ban, pada mesin bedanya sedikit. Pada motor Superstock, Anda harus menggunakan ban selama beberapa giliran membalap, terutama di bagian depan. Dengan ban yang sudah aus, lebih sulit untuk konsisten dalam waktu putaran. Ada hal yang lebih banyak dalam manajemen balapan dan ban. Di kelas EWC, tim mengganti ban di setiap pemberhentian pengisian bahan bakar. Di Honda, seperti tim pabrikan lainnya, kami menggunakan ban Bridgestone, yang saat ini merupakan ban pengembangan terbaik di EWC. Setiap putaran menjadi ajang balap sprint. Kami tidak pernah menahan diri. Oleh karena itu, sasis, rem, suspensi, dan komponen elektronik disetel agar lebih agresif dan lebih konsisten dari awal hingga akhir putaran. Oleh karena itu, berkendara menjadi jauh lebih halus, lebih menuntut fisik, dan lebih teknis.”

Corentin Perolari 4

Menurutmu, kenapa F.C.C. TSR Honda France memilih kamu?
“Menurut saya, ini adalah kombinasi dari beberapa faktor. Hasil, pengalaman, fakta bahwa saya jarang mengalami kecelakaan, dan kemampuan saya untuk gas pol saat dibutuhkan tentu saja berperan. Saya juga berpikir ada faktor Honda. Tahun lalu, saya membalap untuk dua tim Honda, di EWC dan Supersport, yang masing-masing dengan hasil yang melampaui ekspektasi tim. Di Supersport Prancis, saya meraih banyak kemenangan yang memungkinkan saya menjadi juara, tetapi yang terpenting, membawa gelar juara dengan Honda 600 CBR baru, yang kembali setelah bertahun-tahun absen. Ada juga ronde wildcard di Magny-Cours di World Supersport, yang berjalan dengan baik. Dalam ketahanan, bersama Tati Team, misinya adalah untuk hadir dalam balapan untuk brand jika sewaktu-waktu ada masalah di tim pabrikan. Dan itulah yang kami lakukan. Kami finis kelima di EWC di Le Mans, tim Honda pertama di kategori EWC, kami naik di podium di Spa, sekali lagi sebagai tim Honda yang pertama. Terakhir, tentu saja ada fakta bahwa kami memimpin satu jam pertama balapan di Bol d’Or, dalam pertarungan dengan Alan Techer. Saat itu, ada dua Honda CBR 1000RR-R yang memimpin, dan saya pikir momen-momen ini meninggalkan kesan pada orang-orang.”

Corentin Perolari 5

Bagaimana kabar rekan setim barumu, Alan Techer dan Taiga Hada?
“Alan dan saya saling kenal dengan baik. Kami memiliki hubungan yang sangat baik sejak lama. Dan kami sudah beberapa kali balapan bersama. Tahun lalu, kami berada di tim Honda yang sama di kejuaraan Prancis. Ia berkompetisi di Superbike dan saya di Supersport. Alan sangat cepat dan andal. Mengenai Taiga, saya tidak mengenalnya sampai saya bertemu dengannya beberapa bulan yang lalu. Kami baru saja melakukan uji coba di Jepang dan kami bertiga mencatat waktu putaran yang sama. Jadi, kami seharusnya menjadi kru yang cukup konsisten. Saya pikir memiliki pembalap Jepang di tim Jepang merupakan aset. Ia dapat memberikan banyak hal bagi kami untuk Suzuka, yang merupakan balapan yang sangat penting bagi kejuaraan dan Honda. Alan dan saya dapat membantunya untuk balapan di Eropa. Kami saling melengkapi dengan cukup baik. Ukuran tubuh kami mirip, lebih atau kurang beberapa kilogram dan sentimeter, dan itu membantu staf teknis menyempurnakan motor.”

Corentin Perolari 6

Musim ini, kamu juga akan membalap untuk HRC di World Supersport (WSSP 600). Bagaimana EWC membantumu di WSSP 600, dan sebaliknya?
“Di kelas WSSP 600, tenaga mesinnya tidak besar. Jadi, untuk bisa cepat dalam balapan, Anda harus sangat agresif dan dengan pengendalian yang sangat baik. Anda harus memaksimalkan motor. WSSP 600 memungkinkan saya untuk meningkatkan kecepatan di mana saja: menikung, mengerem, dan berakselerasi. Yang terpenting, motor ini memaksa saya dan membuat saya terbiasa mengendarai dengan kecepatan 100 persen, sepanjang waktu. Bukan 99 persen, tetapi 100 persen. Di EWC, Anda tidak mengendarai dengan kecepatan 100 persen. Dalam balapan 24 jam, Anda harus sedikit mengaturnya. WSSP 600 memungkinkan saya untuk mengatur sedikit margin dalam upaya balapan saya. Dan jika saya harus melakukan beberapa putaran dengan kecepatan 100 persen, saya mampu melakukannya. Di EWC, dalam balapan 24 jam, Anda melakukan hal yang setara dengan delapan hingga sembilan balapan WSSP. Betul-betul intens. EWC memberi saya stamina. Anda harus konsisten bahkan saat mulai lelah, saat berkendara di malam hari, atau saat menghadapi perubahan kondisi cuaca. Di 24 Heures Motos atau di Spa, selalu ada risiko hujan lebat. Di Suzuka, terkadang bisa sangat panas, seperti tahun lalu. Dan di Bol d’Or, ada hembusan angin kencang di Mistral Straight. Singkatnya, WSSP600 dan EWC saling melengkapi bagi saya. Dan yang terpenting, saya sangat menikmati kedua kategori tersebut. Mengenai tujuan saya untuk EWC, saat Anda memiliki kesempatan untuk bergabung dengan tim pabrikan, apa pun timnya, tujuannya selalu sama: Anda harus membalap di depan.”

24 Heures Motos merupakan babak pembukaan musim EWC 2025 yang terdiri dari empat acara dari 17-20 April. Informasi tiket tersedia DI SINI.

Sumber [ FIM EWC ]

Related post

Hot news

  1. 16 Tim Siap Memperebutkan Gelar Juara Formula EWC
  2. Romero Kembali Beraksi di EWC
  3. Motobox Kremer Racing Podium
  4. Manajer Muda, Pouvillon, Siap Bawa Timnya Dominasi EWC

New Products

Return Top